Kamis, 04 Juni 2020

Kopi Sendok Mas




Kopi Cap Sendok Mas adalah salah satu kopi legennya kota palembang yang sampai saat ini masih beroperasi
Berdiri sejak tahun 1982, Kopi Cap Sendok Mas  memiliki cita rasa khas yang melekat di lidah konsumennya.
Ini dikarenakan, pengolahan hingga pengemasannya masih menggunakan cara tradisional.




Usaha rumahan yang sudah dilakoni oleh keluarga Said Jadfar bin Muhammad Rasyid sejak puluhan tahun ini masih menggunakan biji kopi pilihan yang disuplai langsung dari para petani di daerah Semendo yang memang terkenal sebagai sentral tanaman kopi berkualitas di Sumsel.
Usaha kopi Sendok Mas yang sudah turun temurun ini, beralamat di Pasar 7 Ulu Palembang dan sekarang dikelolah oleh Abu Bakar Sukri  anak Said Jadfar , Untuk menjaga agar cita rasa kopi tetap alami, pengolahnya dengan cara tradisional ini, pertama biji kopi berkualitas super yang telah dipilih masuk dalam proses rosting (sangrai) dengan menggunakan kayu bakar yang juga berkualitas, yaitu kayu Pelawan, Karena kayu jenis ini dinilai cukup ampuh menjaga kualitas asli kopi.


Selanjutnya kopi akan didinginkan sebelum digiling dnn dikemas dan dipasarkan
Terkadang kita mengenal kopi hanya lewat cangkir yang menarik dan kedai yang menarik tapi kita tidak tau proses dari kopi itu sendiri. Ternyata di tengah hiruk pikuk kota palembang kita masih punya kopi tradisional buatan dari kota palembang sendiri,
Ditengah ramainya kedai kedai kopi moderend.
Nyok kita ikut melestarikan kopi tradisional dengan cara membelinya langsung

Selasa, 07 Januari 2020

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II














Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
yang ada di Kota Palembang, Sumatera
Selatan.
Lokasi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II berada tak jauh dari tepian sungan musi dan Benteng Kuto Besak dan tah jauh juga dari pasar 16 ilir.
 Bangunan museum ini dibangun antara tahun 1821 sampai 1824. Dulunya jadi kediaman resmi residen Belanda J.L Van Sevenhoven. Sebelum jadi kediaman residen, dulunya adalah reruntuhan keraton kesultanan Palembang yang sering disebut Keraton Kuto Lamo atau Keraton Kuto Kecik.

Keratonnya sendiri dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo, Lalu 100 tahun kemudian, cicitnya yakni Sultan Mahmud Badaruddin II ditangkap Belanda dan dikirim ke Ternate. Kemudian Keraton Kuto Kecik dibongkar dan bahan-bahannya digunakan ulang untuk membangun rumah dinas residen Belanda itu.

Dan kini bangunan peninggalannya dijadikan museum. Bentuk bangunan dari luar dan dalam bangunan, langsung memanjakan mata pecinta heritage dan sejarah.

Tangga masuk yang unik melongkar spiral dari sisi kanan dnn kiri hingga, jendela-jendela lebarnya sangat indah banget. Begitu juga isi museumnya yang mengupas sejarah kesultanan Palembang. Mulai dari benda peninggalan sejarah, wastranya, dan lainnya.

Bahkan di sini juga kita dapat informasi dari guidenya dua jenis pakaian adat Palembang dan bangunan musium ini terbagi dalam dua lantai.




Pastinya seru banget,
Kalau kita berkunjung ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin IIdan  Kalau kalian  mau dapat cerita lengkapnya, minta guide langsung sama pak Abisofyan nya bapak ini kana menceritakan secara detail tentang apa saja yg ada didalam museum dan sejarahnya secara komplet, tapi jangan lupa beri tipsnya.